Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah, Ardiansyah Lamasitudju, mengungkapkan, perpustakaan diciptakan untuk menjadi sentral informasi, pendidikan, dan sentral rekreasi.
“Untuk itu saya berharap kepada Duta Baca Sulteng untuk memviralkan semua situs buku dari Perpusnas RI yang harus dibuka oleh seluruh masyarakat Sulteng, seperti iPusnas, iBuku, serta situs lainnya. Beberapa situs buku telah dibeli oleh negara, sehingga sekitar 3 miliar lebih judul buku bisa di buka dalam situs itu,” ujar Ardiansyah, di Palu, belum lama ini.
Ardiansyah mengatakan, perpustakaan secara sengaja mengangkat Duta Baca dengan tujuan sebagai perpanjangan tangan ke masyarakat, dalam hal mendorong gemar membaca hingga di pelosok desa.
“Kami akan mendorong tumbuhnya daya baca di masyarakat. Jika daya baca ini telah tercipta, maka literasi tumbuh di dalam diri seseorang, sehingga lahirlah skill atau keterampilan seseorang itu sehingga terciptalah masyarakat yang sejahtera,” ungkapnya.
Kata Ardiansyah, di Indonesia minat baca sudah sangat terbangun dengan dahsyat, buktinya saja orang yang baru bangun dari tidurnya pasti langsung mencari ponselnya untuk membuka media sosial, dan tentunya pasti membaca.
“Meskipun minat baca sudah tumbuh, tetapi kualitas atau daya baca belum tercipta. Terkadang masyarakat membaca di media sosial hal-hal yang tidak bermanfaat untuk dirinya. Seharusnya yang dibaca itu bermanfaat buat dirinya, sehingga memiliki daya baca dan akhirnya membangun literasi dalam dirinya sendiri untuk pemahaman bahkan skillnya,” ujarnya.
Menurut Ardiansyah, perpustakaan diciptakan untuk menjadi sentral informasi, pendidikan, dan kebudayaan, bahkan sentral rekreasi. Jika sudah ada daya baca tercipta dalam diri seseorang, pasti akan tumbuh literasi di dalam diri orang itu, sebab literasi itu kedalaman pemahaman.